Rahim Pengganti

Bab 194 "Menjadi Awal"



Bab 194 "Menjadi Awal"

06 Tahun Kemudian.     
0

Wanita cantik yang begitu banyak di idola kan oleh para pria sedang berjalan dengan menuju ke ruangan yang sudah tertulis dengan jelas namanya "Caira Maysa Nadhira" tidak ada siapapun yang tidak mengenal diri nya. Dhira, menjadi seorang dosen muda dengan kepintaran nya membuat nya lulus dengan cepat dan langsung mengambil gelar master dengan cepat pula. Baru enam bulan lulus dari gelar master nya, Dhira sudah ditarik pihak kampus untuk mengajar di sana. Sungguh menjadi seorang dosen bukan lah impian Dhira di awal namun, baru satu bulan bekerja Dhira sudah begitu jatuh cinta dengan pekerjaan nya saat ini.     

Dira segera melangkahkan kaki nya masuk ke dalam ruangan salah satu alasan Dira diterima di tempat ini bukan hanya karena diri nya pintar tapi karena Dira merupakan kan lucu dari seorang Fabian yang merupakan donatur tetap serta pemilik saham terbanyak di kampus tersebut.     

Namun, meskipun hal tersebut terjadi Dira bisa membuktikan bahwa dirinya bukan hanya karena koneksi bisa masuk ke dalam sebuah kampus yang begitu elit yang berkembang dengan begitu pesat di Jakarta melainkan karena prestasi yang begitu banyak diukir oleh Dira.     

Semua mahasiswa baik perempuan ataupun laki laki tidak ada yang tidak menyukai Dira semuanya mengidolakan diri nya tanpa terkecuali. Dira memang terkenal dosen yang begitu killer tidak suka terlambat dan selalu ingin mengutamakan pekerjaan kampus dibandingkan yang lain namun dibalik itu semua Dira merupakan dosen yang begitu enak diajak untuk berkonsultasi itulah kenapa membuat para mahasiswa nya begitu nyaman berada di dekat Dira.     

"Pagi ibu cantik."     

"Pagi docan."     

Dira hanya membalas dengan senyuman yang begitu indah dari ucapan para mahasiswa nya yang selalu saja seperti itu. Banyak julukan cantik yang diberikan oleh mereka semua untuk Dira dan hal itu tidak membuat Dira terganggu, asalkan mereka masih tetap sopan terhadap dirinya dan tahu batasan.     

***     

Dira langsung masuk ke dalam ruangannya namun, belum sempat Dhira melangkahkan kaki nya masuk ke dalam ruangan di depan pintu ruangan Dira sudah berdiri seorang pria yang dengan santai nya tersenyum ke arah Dira seolah tidak ada masalah sedikitpun. Melihat hal itu membuat Dira menarik nafas nya dengan begitu panjang sungguh hal seperti ini benar benar membuat Dira muak. Pria itu selalu saja, mengganggu ketenangan Dhira.     

"Kenapa cemberut sih cantik," ucap nya. Dhira hanya memasang wajah kesal nya, "Kenapa?" tanya Dhira dengan begitu ketus. Sedangkan pria itu, masih memasang wajah tersenyum apa lagi melihat raut wajah Dhira yang begitu manis menurut nya.     

"Jangan marah marah dong, senyum dong cantik. Kamu mah gitu sama aku," ucap pria tersebut.     

"Please Rick, pergi aku nggak ada waktu. Mending kamu ngajar sana, dari pada di sini," ucap Dhira kesal. Pria itu adalah Erick salah satu rekan Dhira di kampus yang, secara terang terangan menyukai Dhira, bahkan Erick selalu menunjukkan ketertarikan diri nya kepada Dhira di depan umum.     

Dosen ganteng itu memang selalu bersikap seperti anak kecil di depan Dhira namun, sangat berbeda jauh jika di dalam kelas jiwa gunung es nya akan muncul dan membuat semua orang terdiam.     

"Aku cuma mau ajak mau nanti siang makan di kantin, nggak ada penolakan. Oke, aku pergi ngajar anak bangsa dulu ya. Biar bisa mengajarkan anak-anak kita nantinya," ucap Erick. Lalu pergi meninggalkan, Dhira dengan perasaan kesal akibat tingkah laku rekan kerja nya tersebut.     

"Aneh," gumam Dhira. Gadis itu lalu masuk ke dalam ruangan nya, dengan hati kesal. Sampai nya di dalam ruangan dan duduk di kursi nya senyum bahagia terbit di bibir Dhira.     

Dira bukan wanita munafik yang tidak termakan akan rayuan Erick yang begitu sering diberikan oleh pria tersebut, bahkan setiap bertemu pria itu selalu melontarkan banyak hal tentang rayuan kepada Dira dan hal itu benar benar membuat hati Dira berbunga bunga.     

Diri nya bukan wanita yang dengan gampang nya membuka hati kepada orang lain cukup lama Dira membentengi diri nya supaya tidak ada orang lain yang berusaha untuk mengusik diri nya meskipun seperti itu akhir nya Dira luluh tapi dia masih bisa menutupi perasaan nya saat itu.     

Erick adalah kakak tingkat Dira ketika mengajar gelar master nya dan Sejak saat itulah pria itu berusaha mendekati Dira namun, banyak hal yang dipikirkan oleh Dira untuk bisa membuka hati nya kembali. Masih trauma dengan banyak hal yang terjadi terutama tentang kematian Arsen.     

Karena melihat kegigihan dari pria tersebut lah sedikit demi sedikit hati dan perasaan Dira terbuka namun ,meskipun hal seperti itu terjadi bila tidak memperlihatkan hal tersebut kepada diri nya hal itu karena Dira tidak ingin diri nya kembali terluka.     

Suara ketuk kan pintu terdengar dengan sangat nyaring, segera Dhira meminta orang di balik pintu untuk masuk.     

"Permisi Ibu dosen cantik," ucap seorang perempuan dan laki laki yang siap untuk masuk, Dhira memberika kode kepada kedua nya untuk segera masuk mereka berdua lalu, langsung mendekat kan diri mereka ke arah meja Dhira. "Ada apa?" tanya Dhira langsung. Kedua nya saling pandang satu dengan lain nya, mereka bukan takut hanya saja tidak mau salah berbicara dengan Dhira sehingga membuat sang dosen menjadi marah.     

"Permisi Bu, kami kemari sesuai dengan keputusan pertemuan kemarin. Berhubung Minggu depan kita akan mengadakan acara opsek untuk anak kampus, dan seperti yang sudah kita bicarakan sebelum nya Bu, apa kah ibu setuju untuk menjadi salah satu dewan dosen yang bertugas?" ucap Tari. Dhira menatap kedua mahasiswa nya itu dengan tatapan yang begitu datar, jika sudah seperti ini dapat di pastikan bahwa saat ini kedua nya sedang melakukan kesalahan sehingga, membuat mereka di pandang oleh sang dosen.     

Tari dan Beno hanya menundukkan kepala nya, tidak tahu harus bersikap seperti apa. Jujur saja, mereka bergitu takut dengan ekspresi yang di tunjukkan oleh Dhira.     

"Ada lagi?" tanya Dhira. Kedua nya langsung mengangkat kepala nya danenatap ke arah Dhira, ada raut wajah tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Kedua nya kembali saling pandang satu dengan lain nya.     

"Kenapa kalian berdua seperti ini? Apa kah ada yang salah?" tanya Dhira kembali. Dengan sangat cepat Tari dan Beno langsung merespon mereka dengan anggukkan kepala nya, dan hal itu membuat senyum di bibir Dhira terbit. Senyum bahagia yang begitu di nantikan oleh setiap mahasiswa kampus.     

Kedua nya lalu menjelaskan kepada Dira apa saja yang akan dilakukan ketika acara perkenalan lingkungan kampus untuk mahasiswa baru nanti. Tari sebagai ketua BEM memberitahukan kepada Dira untuk menyiapkan beberapa materi mengenai perkenalan kampus sesuai dengan rapat yang telah dilaksanakan lalu Beno juga memberitahukan bahwa beberapa rangkuman acara sebagai susunan untuk acara tersebut. Dengan seksama dia mulai mendengarkan semua penjelasan yang dilakukan oleh ke-2 mahasiswa nya tersebut. Setelah selesai di lalu memberikan feedback kepada mereka mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan ketika perkenalan lingkungan kampus tersebut.     

Setelah keduanya menjelaskan kepada Dira, mereka juga memberitahukan beberapa susunan acara lainnya serta beberapa anggaran yang harus diketahui oleh Dira sebagai salah satu dosen yang sangat penting di susunan acara tersebut.     

"Oke semua nya udah bagus kalian tinggal mempersiapkan dengan matang lagi. Oh ya satu hal jangan lupa untuk tetap memperhatikan semua atribut mahasiswa baru dan Saya paling tidak suka untuk bersikap seperti senioritas di sini jika kalian setuju dengan apa yang saya inginkan saya akan terima tawaran kalian tapi jika kalian masih tetap ingin melakukan semua nya dengan jarak junior dan senior maka coba cari dosen lain." Kedua nya mengira bahwa apa yang sudah mereka sampaikan didengarkan dan disetujui oleh Dira namun nyata nya tetap ada beberapa poin yang tidak disetujui oleh Dira dan secara halus wanita itu menekankan untuk program tersebut ditiadakan.     

"Bisa pikirkan dahulu jika mau silakan nanti kalian bisa taruh proposal nya setelah makan siang di meja saya tapi jika memang tidak ada dan tidak mau hal yang saya sampaikan tersebut dibuang maka silakan cari dosen lain karena suatu hal ini universitas kampus bukan tempat ajang lo adik tingkat gue e dan lo harus nurutin gue bukan kalian adalah seorang mahasiswa yang harus memberikan contoh terbaik untuk semua orang. Seorang mahasiswa adalah orang yang sudah memiliki etika dan sopan santun semua nya tertata sesuai dengan almamater jadi jangan pernah memalukan almamater hanya untuk senioritas."     

***     

Setelah mereka pergi aku selalu menyiapkan semua materi yang akan aku bawakan ke dalam kelas banyak hal materi yang harus disampaikan hari ini dan banyak sekali kelas yang harus diajar. Sungguh hari Senin merupakan hari yang paling enggan dilalui, semua pekerjaan menumpuk menjadi satu di hari Senin dan hal itu benar benar membuat kepalaku menjadi pusing.     

Dengan langkah pasti melangkah menuju ke dalam kelas sepatu hak tinggi berukuran 5 senti yang digunakan merupakan ciri khas dan hal itu juga yang membuat semua mahasiswa di kampus ini langsung tahu siapa dosen yang akan datang dan masuk ke dalam kelas mereka.     

Dengan wajah garang Aku berjalan melalui lantai 2 dan segera masuk ke dalam kelas namun langkahku terhenti ketika aku melihat pria itu siapa lagi kalau bukan Erick Tanujaya, pria yang dengan sangat terang terangan mendekati ku. Dan hal itu, membuat banyak gosip yang beredar.     

Melihat aku terdiam di depan pintu membuat dosen tersebut yang sedang menjelaskan materi nya langsung menoleh kebelakang karena fokus mahasiswa di kelas nya sudah berubah.     

"Oh ada ibu Dhira maafkan saya yang sudah mengambil beberapa menit kelas Anda. Baiklah kita akhiri mata kuliah hari ini sampai ketemu minggu depan," ucap Erick.     

Pria itu lalu membereskan meja yang ada ada barang barang milik nya Lalu setelah itu dia keluar dari dalam sana namun selalu saja tingkah lakunya membuat aku kesal apalagi dengan mata yang selalu dia berikan. Aku tidak bisa bohong Aku suka diperlakukan seperti itu seseorang yang begitu spesial namun aku juga risih jika hal tersebut dilakukan terus menerus.     

Setelah dia pergi aku langsung melangkahkan kaki dan masuk ke dalam kelas 3 SKS mata kuliah utama yang harus aku ajarkan kepada mereka. Dengan segera aku membuka laptop dan mulai memaparkan beberapa materi yang harus mereka lakukan setelah selesai hanya membutuhkan waktu sekitar empat puluh lima menit sebagai pengantar untuk bahan bacaan mereka seperti biasa setiap pertemuan aku akan selalu memberikan kuis agar mereka semakin rajin untuk membaca setiap materi.     

Dua jam berlalu, bukan waktu yang lama semua terasa begitu singkat. Hal itu karena aku selalu mengajar dengan santai, sehingga membuat semua mahasiswa yang aku ajar menjadi nyaman di dalam kelas hal itu aku lakukan supaya materi yang di berika tidak sia sia. Karena akan percuma mereka kuliah dari pagi hingga malam, kalau mereka tidak nyaman berada di dalam kelas.     

"Baik lah semua nya silakan kumpulkan setelah makan siang dan letakkan di atas meja saya. Terima kasih," ucapku kepada mereka. Setelah itu, aku langsung melangkahkan kaki menuju ke ruang direktur kampus, ada beberapa rapat penting di agenda hari ini.     

Langkah kaki ku langsung masuk ke dalam ruangan yang sudah penuh dengan banyak orang, aku lihat jam di tangan ternyata belum terlambat karena aku sangat tidak suka jika harus meminta maaf ke pada mereka, apa lagi dengan beberapa dosen yang dengan sangat jelas tidak suka dengan aku sejak pertama kali masuk dan bergabung dengan kampus ini. "Selamat siang," sapaku dengan senyum yang aku paksakan, jika tidak ingat pesan dari Kakek Bian untuk selalu ramah mungkin saat ini, aku sudah bersikap biasa saja dengan mereka yang seolah haus akan jabatan.     

"Silakan duduk ibu Dhira, oke baiklah seperti nya sudah cukup dosen nya, acara rapat bulanan ini sudah bisa kita mulai," ucap direktur kampus.     

Aku yang duduk di depan hanya diam, dan mendengarkan setiap ucapan yang di lontarkan, rapat ini selalu saja hasil nya akan jalan di tempat tidak ada hasil final seperti rapat sebelum nya dan hal itu benar benar membuat aku kesal namun, mau bagaimana lagi hal itu harus di lakukan dengan anggaran.     

Salah satu aku menerima di tempat kan di kampus ini, juga ingin membantu kakek untuk mencari siapa tikus yang sudah dengan lincah nya menghabiskna banyak uang di kampus ini, kakek Bian juga sudah mengetahui hal itu dan dengan mudah nya meminta aku untuk menyelidiki hal itu, sungguh ini adalah hal yang paling malas tapi mau bagaimana lagi, ini harus di lakukan.     

Selama di dalam rapat aku hanya diam, memperhatikan mereka semua yang seolah berkuasa dengan hal hal yang tidak jelas, sungguh dari pada menghabiskan anggaran hanya untuk rapat yang tidak penting mending uang yang di gunaka untuk membantu banyak mahasiswa yang kurang mampu, tapi mau bagaimana lagi tikus yang tidak terlihat begitu banyak sampai aku lelah sendiri mengikuti mereka.     

***     

Setelah selesai dari rapat aku langsung masuk ke dalam ruangan rasa nya sangat berat mata ini saat ini ingin segera untuk tertidur sungguh rapat yang baru saja aku ikuti benar benar sangat bosan rasanya tadi ingin aku lempar sepatu yang aku gunakan kepada mereka yang ada di depan sana.     

"Jam 12.30 tidur satu jam cukup," gumamku. Lalu, langsung duduk di kursi kantor dengan meluruskan kaki di bawah meja yang sudah berbentuk tempat tidur.     

Sungguh rasa nya sangat lelah, terlalu banyak pekerjaan yang aku lakukan hari ini. Bukan hanya capek fisik, tapi juga capek hati dan hal itu benar benar membuat aku sangat lelah.     

Baru saja aku ingin mengistirahatkan diri namun, ada saja ganggu. Apa lagi aku merasakan seorang ada, orang yang saat ini sedang memandangi aku. Kepekaan membuat, aku jadi sangat sensitif dalam segala hal.     

Langsung saja aku buka mata, dan begitu kaget ketika melihat pria mengenal kan ini ada di depan aku.     

"Ngapain kamu di sini," ucapku kesal. Pria itu lalu mundur dan memasang wajah dengan senyuman yang mengembang, sungguh hal ini sangat tidak aku suka. Dia seolah tidak merasakan bersalah sedikit pun, aku memutar mata bola mata kesal dengan apa yang dilakukan oleh Erick yang selalu saja membuat diri nya terkejut.     

"Keluar deh, aku mau istirahat. Harus nya tadi aku kunci aja deh ruangan ini, sekalian dari pada di ganggu sama manusia jadi jadian," ucapku dengan kesal. Sungguh, rasa nya sangat lelah dengan begitu banyak hal yang terjadi, tapi lihat lah dia dengan mudah nya menganggu ketenangan aku, dengan begitu mudah tanpa ada rasa kasihan sedikit saja, rasa nya pria itu ingin aku lemparkan dari lantai dua puluh hingga ke bawa.     

"Kamu lupa dengan janji yang kamu buat?" ucap Erick. Dahiku berkerut ketika mendengar ucapan yang baru saja di sampaikan oleh Erick aku tidak tahu apa maksud nya karena selama ini, aku tidak pernah memiliki janji kepada nya.     

"Apaan." Aku langsung beranjak dari tempat tersebut, menuju ke arah mini coffe yang ada di samping kanan, tempat yang sengaja aku bangun supaya bisa membuat aku nyaman dalam melakukan apapun tanpa banyak orang tahu.     

"Kamu sudah berjanji untuk pergi ke kantin saat makan siang, kenapa tidak pergi ke sana?"     

Segera aku balik badan dan menatap ke arah nya, dengan menyipitkan mata. "Sejak kapan aku menyetujui hal itu? Tidak pernah seingatku mengatakan 'iya' 'oke' atau lain nya. Jadi kenapa kamu bisa menyimpulkan kalau aku berjanji," jawabku dengan cepat dan padat. Sungguh hal seperti ini, benar benar membuat aku kesal, sudah membangunkan aku dan sekarang dia membuat aku seolah yang berjanji. Rasa nya benar benar ini aku lempar.     

Bukan nya mengatakan maaf tapi lagi dan lagi Erick malahan kembali berbicara dan hal itu benar benar membuat kesal. Dari pada aku, pusing dengan omelan tidak bermutu yang dia sampaikan aku, langsung meminum coffe yang aku buat dan segera membereskan semua perlengkapan mengajar.     

Berada di perpustakaan lebih, nyaman di bandingkan harus berada di sini dengan seorang pria yang membuat kesal.     

***     

Pukul 17.00 sore mobil yang dikendarai oleh Dira sudah sampai di depan rumah kedua orang tua nya. Rumah yang hanya dihuni oleh Dira dan juga Arka karena saat ini Baba Daffa dan juga Buna Gina sedang berada di Sukabumi menemani eyang Uti yang sedang sakit.     

Ibu Sri sudah sering diajak oleh Dira untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya namun, wanita paruh baya tersebut tetap dengan keinginan nya tidak ingin membuat kedua anak atau menantu nya menjadi repot karena harus mengurus diri nya. Padahal Gina tidak pernah keberatan jika sang mertua mau berada di dekat nya bagi Gina Ibu Sri sudah seperti Bunda nya sendiri mertua seperti Ibu Sri sangat sulit didapatkan sehingga membuat Gina benar benar memberikan begitu banyak kasih sayang kepada Ibu Sri.     

Dira langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah gadis itu tidak pernah melewatkan sofa ruang tamu untuk beristirahat sejenak, dengan mengangkat kaki satu dan meletakkan di atas meja Dhira segera memejamkan mata nya.     

"Wih tumben udah pulang kak," ledek Arka. Dhira yang baru saja memejamkan mata berdecak kesal, diri nya seolah tidak di izinkan untuk bisa beristirahat sejenak ada saja gangguan yang terjadi.     

Malas berdebat dengan Arka Dira lalu kembali memejamkan mata nya gadis itu begitu sangat lelah dengan pekerjaan yang harus diselesaikan apalagi ada dua anak yang harus dibimbing untuk mengikuti skripsi dan juga beberapa acara kampus lain nya.     

Semua orang di kampus selalu saja menganggap bahwa Dira adalah bisa dalam segala hal sehingga semua orang mengutus diri nya untuk mengetuai segala hal. Mereka juga mengira bahwa Dira akan mengikuti apapun yang mereka bicarakan namun mereka salah ketika tadi rapat terakhir sebelum tidak pulang wanita itu menyampaikan semua hal yang ada di dalam hati nya dan membuat semua orang yang ada di ruang rapat tersebut terkejut.     

Arka sudah tidak ada di sana, anak laki laki itu pergi menuju dapur dan tak lama membawa kan secangkir teh lemon kepada Dhira. Diri nya tahu bagaimana perasaan Dhira saat ini, yang sangat lelah dengan semua hal yang dilalui satu hari ini.     

"Nih di minum dulu, biar seger dan nggak capek lagi," ujar Arka. Dhira lalu membuka mata nya dan mulai mengambil, minuman tersebut, sungguh Dhira memang membutuhkan minuman seperti itu. Agar diri nya bisa lebih segar.     

"Thanks dek. Kamu juga tumben udah pulang, bukan nya ngampus?" tanya Dhira.     

"Lah lupa dia, kan tadi kalian rapat kak. Gimana mau ngampus kalau dosen nya aja nggak ada," jawab Arka.     

Arka juga berkuliah di tempat di mana Dhira mengajar dan hal itu membuat segala pergerakan Dhira pasti akan di ketahui oleh Arka apa lagi dengan Erick yang secara terang terangan memperlihatkan perhatian nya kepada Dhir.     

"Oh iya lupa. Kamu udah makan dek?" tanya Dhira lagi.     

"Belum … beli geprek aja kak, pengen makan itu sih tadi di kampus, tapi kakak tahu gimana kantin kampus, sumpah kantin itu harus diperluas deh biar banyak muat nya. Kasihan yang pengen makan jadi terhalanh," gerutu Arka, sejak awal bukan hanya Arka yang kesal dengan bentuk kantin yang begitu kecil, tapi juga semua orang yang ada di rumah nya.     

"Bilang gih ke kakek," ucap Dhira. Gadis itu lalu meninggalkan Arka. Dan masuk ke dalam kamar.     

###     

Selamat membaca dan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.